Rezeki Haram: Apakah Layak Disebut Rezeki?
Dalam perspektif Islam, konsep rezeki memiliki makna yang mendalam dan mencakup banyak aspek kehidupan. Pemahaman tentang rezeki tidak hanya terbatas pada materi, tetapi juga mencakup hal-hal yang bersifat spiritual. Namun, pertanyaan sering muncul: apakah rezeki haram tetap dianggap sebagai rezeki dalam Islam?
Definisi Rezeki Menurut Ulama
Al-Jurjani, dalam karyanya At-Ta’rifat (halaman 110), mendefinisikan rezeki sebagai:
الرِّزْقُ: اسْمٌ لِمَا يَسُوقُهُ اللَّهُ إِلَى الْحَيَوَانِ فَيَأْكُلُهُ، فَيَكُونُ مُتَنَاوِلًا لِلْحَلَالِ وَالْحَرَامِ
Artinya: “Rezeki adalah apa yang Allah berikan kepada makhluk hidup untuk dimakan, mencakup yang halal dan haram.”
Definisi ini menggarisbawahi bahwa rezeki mencakup segala sesuatu yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya untuk dimanfaatkan, tanpa memandang status halal atau haramnya.
Sementara itu, Ibn Manzur dalam Lisan al-‘Arab (jilid 10, halaman 115), menjelaskan bahwa rezeki memiliki dua jenis:
وَالْأَرْزَاقُ نَوْعَانِ: ظَاهِرَةٌ لِلْأَبْدَانِ كَالْأَقْوَاتِ، وَبَاطِنَةٌ لِلْقُلُوبِ وَالنُّفُوسِ كَالْمَعَارِفِ وَالْعُلُومِ.
Artinya: “Rezeki ada dua jenis: lahiriah bagi tubuh seperti makanan pokok, dan batiniah bagi hati dan jiwa seperti pengetahuan dan ilmu.”
Dari sini dapat dipahami bahwa rezeki tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan fisik, tetapi juga kebutuhan batiniah seperti ilmu dan pengetahuan yang mendukung kesejahteraan spiritual seseorang.
Pentingnya Rezeki Halal dalam Islam
Meskipun rezeki mencakup yang halal dan haram, Islam dengan tegas mendorong umatnya untuk mencari dan mengonsumsi rezeki yang halal. Allah Subhanawata’ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 168:
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.”
Ayat ini menegaskan pentingnya memastikan kehalalan dan keberkahan dalam mencari rezeki. Rezeki yang diperoleh dengan cara yang tidak halal, meskipun tampak memberi manfaat secara materi, sebenarnya dapat membawa dampak negatif pada keberkahan hidup dan hubungan seseorang dengan Allah Subhanawata’ala.
Rezeki Haram: Sebuah Ujian atau Kehilafan?
Meskipun rezeki yang haram tetap masuk dalam kategori rezeki karena berasal dari Allah sebagai Sang Pemberi, hal ini lebih dianggap sebagai bentuk ujian atau peringatan. Rezeki haram tidak membawa keberkahan dan justru dapat mengundang murka Allah Subhanawata’ala. Oleh karena itu, umat Islam dituntut untuk berhati-hati dalam mencari rezeki agar tidak terjerumus pada perkara yang dilarang oleh syariat.
Kesimpulan
Rezeki, baik halal maupun haram, tetap merupakan pemberian Allah. Namun, Islam sangat menekankan pentingnya mencari rezeki yang halal, karena hanya rezeki halal yang membawa berkah dan keridhaan Allah Subhanawata’ala. Dengan memastikan kehalalan rezeki, seorang Muslim tidak hanya memenuhi kebutuhannya di dunia, tetapi juga memperkuat hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam:
“Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu, mari kita senantiasa berusaha mencari rezeki dengan cara yang diridhai Allah, agar hidup kita dipenuhi keberkahan dan jauh dari murka-Nya.